Senin, 19 Juni 2017

Jabon Kaya dengan Bangunan Etnik Klasik

Bangunan Etnik Klasik di Jabon
Berbicara tentang bangunan etnik klasik di Jabon terdapat beberapa gaya arsitektur etnik yaitu etnik kolonial Belanda, etnik timur tengah (Arab) bahkan etnik China. Paling mudah untuk melihat bangunan bergaya etnik kolonial Belanda yaitu dengan melihat rumah pompa Jabon, bangunan ini dibangun pada tahun 1920 seperti yang terterah pada dinding gewel depan, untuk melihat bangunan klasik etnik kolonial Belanda lainnya yaitu di desa Pejarakan selatan. Sedangkan bangunan etnik timur tengah (Arab) bahkan etnik China yaitu di Kauman, Magersari, Kawatan (desa Kedung Cangkring) dan di desa Jemirahan. Desa-desa tersebut  pada tahun 1800an sudah ada, dilihat dari tata letak dan bangunan rumah, gapura, pagar dan tiang listrik kuno, sudah dapat diduga bahwa desa Pejarakan dan Kedung Cangkring merupakan ”Kota Tua” di Sidoarjo. Rumah-rumah di Pejarakan dan Kedung Cangkring, telah berdiri berdempet-dempetan, yang mengisaratkan, bahwa sebelum Sidoarjo, di Pejarakan dan Kedung Cangkring, peradaban telah lahir lebih dulu. Kedung Cangkring menjadi pusat ekonomi atau perdagangan karena letaknya yang dekat dengan kali porong, sebuah jalur transportasi zaman dulu. Dari bangunan etnik klasik tersebut memang telah ada beberapa kali mengalami renovasi, tapi sisi arsitekturnya masih terkesan bergaya etnik kolonial Belanda, etnik timur tengah (Arab) bahkan etnik China. Dari beberapa bangunan yang ada mungkin sengaja dibiarkan saja oleh pemiliknya dan terbengkalai bahkan dialihfungsikan yang semula sebagai rumah tinggal menjadi tempat usaha seperti toko, warung, garasi mobil dan sarang burung walet sehingga banyak ornamen-ornamen arsitektur khas etniknya dirusak atau dihilangkan oleh pemiliknya. Dan juga setahu saya, di rumah etnik klasik dan bangunan lainya tertulis angka tahun pembuatan yang bervariasi mulai tahun 1910an sampai dengan tahun 1920an tertera pada dinding gewel depan, lisplank teras dan pagar gapura pintu masuk rumah.

Latar belakang
Gaya Arsitektur Kolonial Belanda sebenarnya dipelopori oleh Gubernur Jenderal HW. Daendels  yang memiliki ciri khas gaya kebudayaan Belanda. Jenderal HW. Daendels datang ke Hindia Belanda (Indonesia) sekitar tahun 1800an. Sehingga memberi pengaruh besar pada pembangunan gedung pemerintahan seperti perkantoran, gedung sekolah, stasiun kereta api, pabrik gula, rumah dinas pemerintah, rumah petinggi dan pasar di Jawa. Keberadaan bangunan berarsitektur kolonial ini merupakan salah satu konsep perencanaan kota kolonial yang dibangun oleh Hindia Belanda yaitu perpaduan model bangunan Belanda dengan teknologi bangunan daerah tropis. Model bangunan berarsitektur Kolonial ini memiliki kekhasan bentuk bangunan terutama pada fasade bangunannya. Diantara ciri-ciri bangunan Kolonial yaitu:
1. Penggunaan gewel (gable) pada fasade bangunan yang biasanya berbentuk segitiga.
2. Penggunaan tower pada bangunan.
3. Penggunaan dormer pada atap bangunan yaitu model jendela atau bukaan lain yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri.
4. Model denah yang simetris dengan satu lantai atas.
5. Model atap yang terbuka dan kemiringan tajam.
6. Mempunyai pilar di serambi depan dan belakang yang menjulang ke atas bergaya Yunani.
7. Penggunaan skala bangunan yang tinggi sehingga berkesan megah.
8. Model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun jendela), dan tanpa overstek (sosoran).
Gaya Arsitektur Timur Tengah (Arab) dan gaya Arsitektur China dipengaruhi oleh masuknya agama dan budaya Islam, begitu juga budaya China ke Indonesia, adanya hubungan perdagangan Asia kuno, yang dilakukan oleh bangsa China dan India, yang mendorong pedagang lainnya seperti pedagang dari Arab, Persia, Gujarat untuk ikut serta dalam hubungan perdagangan tersebut. Hal itu menyebabkan kota-kota pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat transit ramai dikunjungi orang, sehingga dapat berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan dunia. Dari hubungan perdagangan tersebut, mereka dapat saling mengenal budaya yang dibawa oleh masing-masing pedagang yang dapat dilihat dari bahasa, barang dagangan yang dibawa maupun dari corak hidup. Untuk itu banyak pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang menetap dan menikah dengan penduduk setempat, sehingga budaya Islam dan agama Islam dapat dengan mudah disebarkan di berbagai wilayah Indonesia melalui pendekatan budaya. Sehingga memberi pengaruh besar pada bentuk gaya arsektektur tempat tinggal maupun tempat usaha. Sehingga pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu membuat konsep perencanaan kota dengan membagi atau mengelompokkan zona tempat hunian dari masing-masing etnis yaitu untuk etnis Arab di beri kawasan lingkungan Kauman sedangkan etnis China kawasan lingkungan Pecinan.
ciri-ciri bangunan timur tengah yaitu:
1. Pada tembok dan gewel fasade depan terdapat ukiran-ukiran berbentuk bunga dan tulisan arab.
2. Bangunan yang berbentuk kubah diindentivikasikan sebagai bangunan mesjid.
3. Banyak terdapat unsur lengkung pada bangunan.
4. Bangunan umum nya berbentuk persegi.
5. Motiv pada keramik lantai seperti bunga dan mozaik.
6. Adanya tralis dan kaca patri pada jendela.
7. Banyak terdapat Kisi-kisi
8. Pintu yang lebar dan tinggi dilengkapi dengan ukiran-ukiran.
9. Adanya taman ditengah-tengah bangunan yang dilengkapi dengan kolam yang membelah taman. 
Sedangkan ciri-ciri bangunan etnik China yaitu:
1. Courtyard.
2. Penekanan pada bentuk atap yang khas (memiliki ornamen yang disetiap ujung maupun ditengah bubungan genteng).
3. Elemem-elemen struktural yang terbuka (kadang-kadang disertai dengan ornamen ragam hias).
4. Mempunyai pilar besar (bulat) dan penuh dengan ukiran dan ornamen.
5. Pintu, jendela yang lebar dan tinggi dilengkapi dengan ukiran-ukiran.
6. Penggunaan warna yang khas. 

Bentuk arsitektur bergaya etnik kolonial Belanda, etnik timur tengah (Arab) dan etnik China di Jabon sesudah tahun 1800 merupakan bentuk perpaduan yang spesifik, dan pemukiman atau bangunan tersebut sudah ada. Bentuk bangunan etnik tersebut merupakan hasil kompromi dari arsitektur modern yang berkembang di kota-kota besar yang di Jawa Timur seperti Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Bangil, Gempol dan Porong pada waktu yang bersamaan dengan penyesuaian iklim tropis basah Jabon. Ada juga beberapa bangunan arsitektur etnik tersebut yang mengambil elemen-elemen tradisional setempat yang kemudian diterapkan ke dalam bentuk arsitekturnya. Hasil keseluruhan dari arsitektur etnik di Jabon tersebut adalah suatu bentuk khas yang berlainan dengan arsitektur modern yang ada di Belanda, Timur tengah (Arab) maupun China sendiri.

Berikut ini akan saya sertakan foto-foto bangunan etnik klasik tahun 1910an sampai dengan tahun 1920an di Jabon dan sekitarnya. 

1. Rumah Pompa Jabon (P.S.Djabon)
Tampak Pada dinding gewel (gable) depan tertera tahun pembuatan tahun 1920, pasangan dinding satu bata (tebal 30 cm) banyaknya ornamen dinding yang lengkung, bulat dan bergaris, penebalan dinding, kolom dan balok, dimensi pintu dan jendela lebih besar, tralis besi jendela masih ada, ornamen batu belah seperti (batu siaran) pada dinding bagian bawah, bentuk kemiringan atap cukup terjal dan bahan metal/seng begitu pula pada rangka konstruksi atapnya menggunakan sistem pelana, dari identifikasi diatas jelas bahwa bangunan tersebut bergaya arsitektur kolonial belanda. Tampak juga mesin pompa (roda besi) beberapa warga sekitar menyebutnya roda gila karena diameter rodanya sangat besar. Mesin pompa/roda besi tidak berfungsi sudah lama sekali, tidak terawat dan sebagian mesinnya sudah tidak ada.

Tampak bagian depan rumah pompa Jabon. Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Tampak bagian samping rumah pompa Jabon. Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Tampak rumah pompa Jabon dan pintu air tersier. 

Tampak bagian mesin pompa (roda besi) rumah pompa Jabon.

2. Rumah Warga di Pejarakan Selatan
Rumah warga di Pejarakan selatan ini tahun pembuatannya bervariasi mulai tahun 1910an sampai dengan tahun 1920an yang tertera pada dinding gewel (gable) depan dan bentuk gewelnya penuh dengan ornamen maupun mainan bentuk yang bermotiv kuncup bunga dsb. Bentuk kolom teras dan selasar bulat dan simetris, kolom persegi dan bulat dengan dimensi yang besar dihiasi ornamen garis-garis dan bermotiv, bentuk lisplank ukiran kayu maupun bertekstur. Dari identifikasi diatas jelas bahwa bangunan tersebut bergaya etnik klasik dan perpaduan antara gaya arsitektur etnik kolonial Belanda, etnik timur tengah (Arab) dan etnik China.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Tidak adanya halaman rumah maupun garis sempadan bangunan. Tampak salah satu rumah dengan pagar yang langsung perbatasan dengan jalan umum.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur etnik Belanda dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. Tampak bangunan tua tidak berpenghuni.

Kombinasi antara gaya arsitektur etnik Belanda dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. Tampak dari samping rumah klasik.

Kombinasi antara gaya arsitektur etnik Belanda dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. 
Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat. Tampak bangunan sudah dialih fungsikan oleh pemiliknya.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat. Tampak bangunan sudah dialih fungsikan oleh pemiliknya.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

3. Rumah warga di Kauman, Magersari, Kawatan (Desa Kedung Cangkring)
Desa Kedung Cangkring  ini diperkirakan sudah ada pada tahun 1800an, dilihat dari tata letak dan bangunan rumah, gapura, pagar dan tiang listrik kuno, sudah dapat diduga bahwa desa Kedung Cangkring merupakan ”Kota Tua” di Sidoarjo. Rumah-rumah di Kedung Cangkring, telah berdiri berdempet-dempetan, yang mengisaratkan, bahwa sebelum Sidoarjo, Kedung Cangkring, peradaban telah lahir lebih dulu. Kedung Cangkring menjadi pusat ekonomi atau perdagangan karena letaknya yang dekat dengan kali porong, sebuah jalur transportasi zaman dulu. Dari bangunan etnik klasik tersebut memang telah ada beberapa kali mengalami renovasi, tapi sisi arsitekturnya masih terkesan bergaya etnik kolonial belanda, etnik timur tengah (Arab) bahkan etnik China. Dan juga setahu saya, di rumah etnik klasik dan bangunan lainya tertulis angka tahun pembuatan yang bervariasi mulai tahun 1910an sampai dengan tahun 1920an tertera pada dinding gewel depan, lisplank teras dan pagar gapura pintu masuk rumah. Dari identifikasi diatas jelas bahwa bangunan tersebut bergaya etnik klasik, perpaduan antara gaya arsitektur etnik kolonial Belanda, etnik timur tengah (Arab) dan etnik China.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.


Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Tidak adanya halaman rumah maupun garis sempadan bangunan. Tampak salah satu rumah dengan pagar yang langsung perbatasan dengan jalan umum.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. Tampak bangunan sudah dialih fungsikan oleh pemiliknya.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. Tampak bangunan sudah dialih fungsikan oleh pemiliknya.

Kombinasi antara gaya arsitektur etnik kolonial belanda dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur etnik kolonial belanda dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik kolonial belanda, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. Tampak penambahan kanopi teras depan.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. Tampak penambahan kanopi teras depan dan fasade bagian bawah seperti pintu jendela.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. Tampak penambahan kanopi teras depan.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. 

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Arab) dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat. Tampak sepertinya rumah ini sudah mengalami renovasi.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Tidak adanya halaman rumah maupun garis sempadan bangunan. Tampak salah satu rumah dengan pagar yang langsung perbatasan dengan jalan umum.

Tidak adanya halaman rumah maupun garis sempadan bangunan. 

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional dan menyesuaikan iklim setempat

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional modern dan menyesuaikan iklim setempat.

Kombinasi antara gaya arsitektur kolonial dengan gaya lokal dengan mengambil elemen-elemen tradisional dan menyesuaikan iklim setempat

Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya berhimpitan.

4. Rumah Warga dan Pasar (Simpang empat) Desa Jemirahan
Desa Jemirahan  ini diperkirakan usianya tidak jauh dengan desa Kedung Cangkring dan Pejarakan, dilihat dari bentuk dan gaya arsitekturnya, tata letak bangunan rumah berdiri berdempet-dempetan. Seperti di simpang empat Jemirahan ini, dimana terdapat beberapa rumah klasik, bangunan pertokoan dan pasar tradisioanal. Sudah dapat diduga bahwa desa Jemirahan juga merupakan ”Kota Tua” di Sidoarjo, menjadi pusat ekonomi atau perdaganganBangunan tersebut memang telah ada beberapa kali mengalami renovasi, tapi sisi arsitekturnya masih terkesan bergaya etnik kolonial Belanda, etnik timur tengah (Arab) bahkan etnik China.

Kombinasi antara gaya arsitektur timur tengah (Persia/arab) dan etnik China, menyesuaikan dengan iklim setempat, Mengambil elemen-elemen tradisional dan diterapkan pada bentuk arsitektur. 

Simpang empat Jemirahan, Tampak jelas bahwa dulunya sebagai tempat keramaian dan pusat perdagangan. 

Simpang empat Jemirahan, Tampak jelas pusat perdagangan dimana banyak terdapat bangunan Pertokoan.

Pasar tradisional (krempyeng) Jemirahan

Para sahabat semua, inilah sedikit tulisan saya tentang bangunan etnik klasik di Jabon, dengan latar belakang sejarah yang umum-umum saja dan hanya saya contohkan bangunan yang ada di sekitar tempat tinggal saya. Masih ada beberapa bangunan-bangunan klasik bisa dikatakan juga bangunan tua dan bersejarah di Jabon dan sekitarnya. Harapan saya, semoga bangunan-bangunan ini tidak tergerus oleh jaman, atau roboh hanya karena dikalahkan oleh kepentingan ekonomi semata dan Vandalisme. Semoga bisa bermanfaat.

Tidak ada komentar: